Keluarga Besar Abah Tamun Petunjungan Banjaratma |
BANDUNG SEBELUM SUBUH tadi aku tingalkan gelap gulita tanpa cerita kulalui sampai dikota Sumedang solat subuh dimusola SPBU bersama hawa dingin yang mengigit, gelap masih menyelimuti dari Sumedang hingga sampai kota Kadipaten.
Sinar hangat mentari pagi menembus di sela-sela pepohonan
mengiringi perjalanan sepanjang perjalanan menuju kota Cirebon. Dari majalengka
yang hangat mata ini mulai meredup menyongsong mentari hangat kantuk yang tak tertahankan benak mulai mengembara mencari
SPBU yang terdekat berharapap istirahat agar mata ini tak ngantuk lagi dari
jarak sekitar seratus meter motor ku memberikan tanda sen ke arah kiri menuju
tempat istirahat sekalian mengisi tank bensin yang kian menipis, istirahat ¼ jam
cukup untuk memulihkan tenaga ini untuk melanjutkan perjalanan.
Taklama sebuah gapura terlihat dan mulai mendekat “selamat datang
di kota cirebon” aku semakin semangat untuk menambah kecepatan motorku, pagi
mulai nampak keramaian disetiap sudut perempatan jalan, pasar ramai dengan
kerumunan sibuk penyeberang semakin ramai aku segera memperlambat kecepatan
motorku.
Kota Cirebon adalah pertanda bagi ku perjalanan makin dekat dengan tujuan, ku tancap gas dan kecepatan aku tambah lagi seiring angin pantai aroma pesisir mulai menghempas kehangatan tubuh yang kian letih sepoy-sepoy angin semilir sepanjang jalan fantura yang panjang dan melelahkan perasaan makin yakin semua itu hanya lah ilusi penghalang hasratku untuk cepat sampai di rumah panjangnya jalan membuat aku terus berhayal akan sambutan dari orang yang aku sayangi ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa aku impikan.
Kota Cirebon adalah pertanda bagi ku perjalanan makin dekat dengan tujuan, ku tancap gas dan kecepatan aku tambah lagi seiring angin pantai aroma pesisir mulai menghempas kehangatan tubuh yang kian letih sepoy-sepoy angin semilir sepanjang jalan fantura yang panjang dan melelahkan perasaan makin yakin semua itu hanya lah ilusi penghalang hasratku untuk cepat sampai di rumah panjangnya jalan membuat aku terus berhayal akan sambutan dari orang yang aku sayangi ayahanda dan ibunda tercinta yang senantiasa aku impikan.
Beberapa desa dan kecamatan akulalui sampailah di Losari
dimana daerah tersebut adalah perbatasan propensi Jawa Barat Jawa tengah,
jembatan Kota Losari membuat hati semakin yakin perjalanan ini makin
bersemangat desa tanjung tak jauh lagi dan Desa Kluwut telihat para nelayan
sibuk menurunkan hasil tangkapan aroma ikan laut makin menyengat berbaur
mengembara bersama angin laut melintasi hidung ku bersama mentari yang kian
hangat menjelang siang.
Touring |
Touring |
Kutambah kecepatan motor ku dari kejahuhan ditengah sawah
terklihat petani sibuk di ladang, udara berganti aroma bawang mengembara terbawa
angin sawah, dan tampak sebuah angkutan kota hilirmudik lampu senku berkedip
dan motorku merapat kesebelah kanan untuk menyeberang sampailah pintu masuk.
Klampok ramai sekali tempat itu penuh dengan Ojeg, Angkot dan Penumpang hilir mudik, disetiap sisi jalan sawah dipenuhi dengan tanaman Bawang merah yang hijau dan ada juga yang siap dipanen hati mulai bahagia bercampur dengan rasa yang terharu teringat masa-masa yang indah telah aku lalui masa kecil yang takan aku lupakan.
Sepanjang jalan desa luwung Ragi, Siwuluh, Banjaratma aku berketus dalam hati tak banyak berubah dari 20 th silam aku pergi meningalkan desaku. Tibalah di pasar Banjaratma yang penuh kenangan ramai luar biasa saat itu sedang hari Wage dimana pasar ramai tidak seperti hari-hari biasa dimana masarakat desa dan petani berkunjung kepasar walau hanya sekedar berkunjung.
Klampok ramai sekali tempat itu penuh dengan Ojeg, Angkot dan Penumpang hilir mudik, disetiap sisi jalan sawah dipenuhi dengan tanaman Bawang merah yang hijau dan ada juga yang siap dipanen hati mulai bahagia bercampur dengan rasa yang terharu teringat masa-masa yang indah telah aku lalui masa kecil yang takan aku lupakan.
Sepanjang jalan desa luwung Ragi, Siwuluh, Banjaratma aku berketus dalam hati tak banyak berubah dari 20 th silam aku pergi meningalkan desaku. Tibalah di pasar Banjaratma yang penuh kenangan ramai luar biasa saat itu sedang hari Wage dimana pasar ramai tidak seperti hari-hari biasa dimana masarakat desa dan petani berkunjung kepasar walau hanya sekedar berkunjung.
Sampai depan rumah tumpahlah airmata ini tak tertahankan
berbaur rasa kangen yang sangat besar kedua orang tua yang senantiasa mendoakan
ku sedang duduk di bale bersiap untuk aktifitas pagi hari, seketika wajahnya
berbinar bahagia terimakasih ya Allah kau telah mempertemukan dan mempersatukan
kami kembali bersama keluarga.
kangen rasanya
ReplyDelete