Buat Teteh Raya ama ade Kalila
Pagi yang sangat cerah, hari ini kita semua akan berlibur, ayah dan ibu sangat sibuk mempersiapkan perbekalan, tentunya yang akan di pergunakan di rumah nenek, Kalila dan Raya merapihkan bawaannya, dari baju, alat mandi, sepatu dan semua yang diperlukan, kemudian Kalila bersiap-siap memake sepatu.
Liburan kali ini kerumah nenek yang ada dikampung, kampung nenek sangat jauh dan membutuhkan waktu 8 jam untuk sampai disana, dalam perjalanan rasa capek dan ngantuk selalu menggangu, sambil membayangkan betapa indahnya kampung itu, rasanya Raya sudah tidak sabar.
Pagi yang sangat cerah, hari ini kita semua akan berlibur, ayah dan ibu sangat sibuk mempersiapkan perbekalan, tentunya yang akan di pergunakan di rumah nenek, Kalila dan Raya merapihkan bawaannya, dari baju, alat mandi, sepatu dan semua yang diperlukan, kemudian Kalila bersiap-siap memake sepatu.
Liburan kali ini kerumah nenek yang ada dikampung, kampung nenek sangat jauh dan membutuhkan waktu 8 jam untuk sampai disana, dalam perjalanan rasa capek dan ngantuk selalu menggangu, sambil membayangkan betapa indahnya kampung itu, rasanya Raya sudah tidak sabar.
Setelah sampai di terminal
kami naik Bus, Bus yang akan membawa kami ketempat kampung nenek. Kalila bertanya
pada Ibu kapan kita sampai, Kalila sudah tidak sabar lagi ingin ketemu nenek
dan kakek “sabar sayang kata ibu“ ayah pun
menghibur Raya dan Kalila bercerita tentang apa saja yang menarik di kompung
nenek, disanah ada pabrik gula peningalan Kolonial Belanda dan ada banyak
sekali kereta uap hilirmudik diladang menarik tebu, kereta itu yang bahan bakarnya batubara, kayu dan limbah
perasan tebu, ada juga kereta pengangkut para demang mengerakanya dengan
dikayuh seperti becak. Kalian pasti senang, ternyata anak-anak ibu sudah
tertidur, Kalila dan Raya pun tertidur pulas, dipangkuan ibu.
Setelah sampai dirumah nenek, Kalila dan Raya berlari dan
mendekap nenek serta mencium tanggan kakek begitu gembiranya mereka karena
sudah lama sekalih tidak bertemu dengan kakek dan nenek. Keluarga yang ada pun
semuanya berkumpul bersama kami dirumah nenek. Ayah dan ibu menceritakan semua
tentang perjalanan kita. Kita sangat bahagia selamat sampai tujuan.
Keesokan paginya kami pergi bersama keladang kakek yang tak
jauh dari rumah, Raya bertanya “apa itu Kalila melihatnya dengan heran dan
bertanya, benda apa itu sambil menunjuk, yang terlihat dari kejauhan, oyah!
Raya baru ingat itukan kereta uap yang ayah ceritakan saat kita di perjalanan, dengan
rasa penasaran kita tidak sabar kereta itu pun mendekat. Ayo kita liahat dari
dekat kereta itu bergerak kesini. Waw lihat kak Raya, keretanya panjang sekali
seperti ular. Kalila pun bertanya kepada kakek, “kereta itu membawa apa Kakek”
“Kereta itu membawa hasil panen petani yaitu tebu yang akan dijadikan gula
pasir ” ayo kita hitung bersama ada berapa lori yang ditarik kereta uap itu?
Kata Raya.
Buat apa tebu itu
kekek? “Tanya Raya” Kakek pun mulai
bercerita bagaimana tebu itu di olah menjadi gula dan apa yang dinamakan
tebu itu. Tebu adalah tanaman yang
ditanam untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini biasanya dapat tumbuh di
daerah beriklim tropis yaitu pulau jawa dan sumatrera. Untuk pembuatan gula,
batang tebu yang sudah dipanen oleh petani kemudian dengan mengunakan mesin pemeras atau mesin press
yang ada di dalam pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut
disaring, dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang rasanya
manis.
Dan kitapun pergi keladang tebu yang sedang dipanen oleh
petani sambil makan tebu kakek pun meneruskan ceritanya apa manfaat gula itu, gula
biasanya dijadikan pemanis dalam makanan atau minuman seperti perman dan teh
manis yang yang aklian suka, tetapi gulapun kalo kita makan terlalu bannyak
dapat merusak gigi jadi setelah makan yang manis kalian harus Alt.gosok gigi supaya
gigi kalian tetap bagus dan sehat.
Setelah kenyang Raya dan Kalila menghisap tebu yang rasanya
manis dan segar. Tiba-tiba ada kereta uap lewat “gujesss, gujesss, gujesss,
gujess” berhenti dan masinisnya pun mengajak
kami untuk naik, Raya dan Kalila pun
sangat gembira, kata kakek. Kereta uap yang sekarang tidak sebanyak dulu sebagian
diganti dengan kereta disel dengan bahan bakar solar, sebagin kereta uapnya
lagi sudah rusak dan tidak bisa di fungsikan lagi untuk menarik tebu diladang,
“kenapa kek tidak digunakan lagi!” “Tanya Kalila?” karena kereta uap itu umurnya sudah tua dan
apa bila rusak suku cadangnya tidak di produksi lagi ditempat asalnya “dari
mana asal kereta itu kek” pada jaman dulu kereta ini di buat oleh kolonial Belanda, dan setelah Negara kita
merdeka kereta itu gunakan oleh masyarakat kita untuk menarik tebu hasil panen,
dan sebagiannya lagi kereta itu disimpan di museum. “Wah sekarang kita sudah
sampai, ayo kita turun” terimakasi pak
Masinis.
Dalam perjalanan pulang Raya, Kalila dan kakek menelusuri pematang sawah. Lihat kak Raya ada yang sedang memanen bawang merah ayo kita bantu, “bawangnya besar-besar kata Kalila ternyata Negara kita selain beranekaragam kebudayaannya beranekaragam juga hasil alamnya seperti bawang merah ini” “manfaatnya banyak juga loh! bawang merah ini terutama buat bumbu dalam masakan yang kita makan sehari-hari” kata kakek. Raya dan Kalila pun menceritakan pengalamannya yang sangat mengasyikan dengan ibu dan ayah. Setelah bercerita Raya dan Kalila pun tertidur karena lelah.
Dalam perjalanan pulang Raya, Kalila dan kakek menelusuri pematang sawah. Lihat kak Raya ada yang sedang memanen bawang merah ayo kita bantu, “bawangnya besar-besar kata Kalila ternyata Negara kita selain beranekaragam kebudayaannya beranekaragam juga hasil alamnya seperti bawang merah ini” “manfaatnya banyak juga loh! bawang merah ini terutama buat bumbu dalam masakan yang kita makan sehari-hari” kata kakek. Raya dan Kalila pun menceritakan pengalamannya yang sangat mengasyikan dengan ibu dan ayah. Setelah bercerita Raya dan Kalila pun tertidur karena lelah.