Sunday 15 December 2013

Musim Hujan Telah Tiba

http://tioa55.blogspot.co.id/
Setiap saat teringat masa silam di waktu kecil tak luput dari ingatan, setiap sudut desaku petunjungan brebes rasanya sudah lama sekali aku takpernah pulang, ingat sahabat-sahabat, ingat sama lingkungan yang senantiasa mengisi waktu kecilku bermain di sawah, ladang, sungai dimana mandi setiap habis bermain di siang hari untuk mnyejukan badan dari sengatan matahari yang terik, kebun bambu dimana aku sering sekali mencari kayu bakar dari ranting ranting kering naik sampai ujung pohon, dari bambu satu kebambu yang lain, dari satu rumpun besar itu sambil bercengrama riang.


Terkadang menemui ular yang sedang tidur di atas pohon bambu, ular koros di desaku nama ular yang suka naik pohon ular tersebut tidak berbahaya tapi tentu saja menakutkan, terkadang dikala musim tanam padi tiba sungai kecil sebagai sasaran hiburan sore hari, mancing belut istilahnya ngurek di daerah pasundan mah, sangat mengasikkan sampai lupa waktu, hari menjelang gelap kami masih asyik di pingir sungai, sambil mengumpulkan ranting kayu kering untuk membakar belut yang kami dapatkan dari memancing tadi.


Sasak istilah di desaku tempat paling indah saat itu, diman aku bermain pada siang hari sampai sore hari, setelah pulang sekolah, apalagi dahulu masih ada kereta uap penarik tebu dari hasil panen untuk di olah menjadi gula saat itu pabrik gula PG Banjaratma masih ada. Saat itu suasana di sawah ramai, hingga malam hari walau gelap gulita tapi tetap asyik. Makan tebu sepuasnya, sasak itu sebagai ajang rekreasi desa masyarakat sekitar saat itu. Teman sebaya kami cukup banyak, sehingga sangat seru apa bila kami berkumpul dan madi disungai hingga bisa berjam-jam, sampai lupa waktu.


Andai musim kemarau tiba itulah saatnya di desaku semua menanam bawang, bawang merah disinilah tempatnya, petani cenderung menanam bawang hampir semua bidang persawahan di penjuru pertanian di Brebes adalah pertanian bawang merah.


Dari masa tanam hingga panen butuh 60 hari, bawang merah dapat di panen, saat itu juga pada malam harinya sawah diramaikan para penunggu hasil panennya, agat tidak di curi orang, sekalian penjemuran, sampai kering dan batas waktu yang telah di tentukan, barulah bawang itu dapat di bawa pulang atau di jual kepara tengkulak, karena bawang kering dengan basah sehabis dipanen itu sanggat menentukan harga Jual, dan seandainya di bawa kerumah biasanya untuk bibit sandiri atau dijual, sedangkan bawang bibit harganya jauh lebih tinggi.


http://tioa55.blogspot.co.id/
Panen Bawang Merah



Saat kemarau berakhir, musim hujan saat itu musim yang sangat sulit buat kami karena bermain sangatlah terbatas, tidak sebebas musim kemarau, musim hujan sungai besar dan kecil penuh dengan air hujan setelah sebulan berlalu , saatnya memancing ikan setelah pulang sekolah, sekolah ku cukup jauh kurang lebih tiga kilometer perjalanan ke desa sebelah di mana  sekolah SD Banjaratma 1 Kabupaten Brebes itu aku belajar.



Tidur siang bagi ku sangat lah rugi saat masa kecilku dulu, sawah dan ladang, sungai adalah sahabatku jadi hampir setiap hari kami bermaen, mandi disungai yang airnya penuh, setelah puas disungai kami bergegas pergi ke lapangan sepak bola walau saat itu badan kami basah kuyup diguyur air hujan yang turun deras saat itu, sesampainya dilapang ternyata kami tidak sendiri sudah banyak teman-teman yang lain menungu dari berbagai blok desa, karena satu desa hanya punya satu lapangan sepak bola, dan sangat luas kami bersatu membentuk kelompok time dan kami bermain, walau pada saat itu hujan sangat deras lama sekali dan hujan pun takunjung reda, kami tidak pedulikan hujan dan tubuh ini semakin mengigil.


Suara petir sangan keras mengelegar saling bersautan, kami hanya menganggap sebagai hiburan biasa, sesekali petir itu muncul kami hanya tiarap, semua dan setelah petir itu berlalu langsung maen lagi, sangat seru sekalih dan mungkin takan kami temukan lagi masa-masa kecil dulu pada anak sekarang, setelah kelelahan kami pun pulang dengan badan basah kuyup lemas lunglai berjalanpun sambil mengigil kedinginan, kegiatan bermain ini bukan sekali dua kali tapi hampir setiap hari pada musim hujan tiba, seru rasanya.


Sampailah dirumah mandi rasanya segar sekali sampai tubuh ini terus mengiggil dan duduk di depan perapian menunggu ibu memasak, saat itu masih memakai kayu bakar yang saya kumpulkan dari hasil pencarianku disaat waktu sengang, dan ibuku memilah yang basah dan yang kering, kayu itu lah yang nantinya buat masak sehari-hari, saat-saat itu aku masih duduk di bangku sekolah dasar. Langsung aku ketiduran di atas tikar depan tungku perapian sampai pulas, harum aroma masakan ema sangat mengoda hingga perut rasanya melilit lapar, selesai memasak ema membangunkan ku, kami makan bersama-sama.


Sampai saat sekarang aroma masakan emaku takan kulupakan haaa… luar biasa, rasa laparku terbayar sudah makan dengan lahap, menu sederhana Sayur asam, sambal, ikan asin layur, nasi liwet, nikmat banget.

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Recent Posts

Sample Text